
Tak terasa, sebentar lagi umat muslim akan memasuki bulan Dzulhijjah. Bulan di mana semua muslim yang terpilih dari seluruh dunia berkumpul di kota Mekkah dan Madinah untuk melaksanakan salah satu rukun Islam, ibadah haji.
Jemaah haji dari Indonesia sudah banyak yang berangkat dan tiba di Madinah. Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), hingga Rabu, 9 Mei 2025 pukul 10 WIB, jumlah jemaah yang sudah meninggalkan tanah air mencapai 57.643 orang dari total 525 kloter atau 203.320 jemaah.
Sementara itu, jemaah yang telah tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah, Arab Saudi, tercatat sebanyak 54.432 jemaah yang tergabung dalam 140 kloter.
Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Idhah fi Manasik Al-Hajj wa Al-`Umrah dan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya `Ulumuddin menjelaskan banyak sekali kesunahan-kesunahan yang dapat dilakukan jemaah haji di Madinah. Di antara kesunahan-kesunahan itu. berikut adalah 10 kesunahan yang telah dirangkum oleh penulis:
Pertama, Jemaah haji disunahkan untuk berniat mendekatkan diri kepada Allah melalui kunjungannya ke masjid dan makam Nabi Muhammad Saw. Dengan niat ini, jemaah haji diharapkan mampu menanamkan perasaan bahwa kunjungannya ke Madinah bukan sekedar perjalanan biasa, melainkan untuk beribadah hingga dinilai sebagai pahala.
Kedua, meyakini bahwa Madinah adalah kota mulia, yang menjadi tempat terbaik kedua di seluruh dunia setelah kota Mekkah dan meyakini bahwa kemulian tersebut disebabkan oleh Nabi Muhammad Saw. Kesunahan ini ingin mengingatkan jemaah haji bahwa Madinah tidak sama dengan kota mana pun. Madinah adalah kota yang amat kental dengan perjalanan agama Islam sejak hijrah Nabi Muhammad Saw. dari Mekkah hingga beliau dikebumikan di Masjid Nabawi.
Ketiga, memperbanyak salawat ketika berada di Madinah khususnya ketika hendak dan sedang berziarah ke makam Nabi Muhammad Saw. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Siapa yang bersalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan membalasnya sebanyak 10 kali.” Bayangkan, kata Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, balasan orang yang bersalawat hanya dengan lisan saja sebanyak 10 kali, apalagi jika bersalawat sambil mengunjungi makam Rasulullah Saw dengan seluruh jiwa dan raga.
Keempat, mengunjungi Raudhah, tempat di antara makam Nabi Saw dan mimbar yang biasa digunakan beliau tatkala berkhutbah. Jika diberi kesempatan mengunjungi Raudhah, maka disunahkan untuk melakukan salat sunah tahiyyatul masjid sebanyak dua rakaat. Setelah itu, hendaknya bersyukur atas nikmat tersebut dan berdoa agar ziarah dan ibadah hajinya diterima.
Kelima, ziarah ke makam Nabi Muhammad Saw, Sahabat Abu Bakar ra dan Sahabat Umar ra. Ziarah ke makam Nabi Muhammad Saw. menurut para ulama termasuk dari salah satu ibadah yang paling baik. Dalam sebuah hadis yang diriwatkan Al-Daruquthni dan al Bazzar dikatakan, “Siapa yang berziarah ke makamku, maka wajib baginya syafaatku.” Ketika berziarah, makruh mencium atau memegang dinding dekat makam Nabi Muhammad Saw. Cukup menghadap ke dinding tempat makam Nabi Saw disemayamkan.
Keenam, mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Saw, Sahabat Abu Bakar ra dan Sahabat Umar ra. Ucapan salam kepada Nabi Muhammad Saw. yang paling ringkas adalah:
السلام عليك يا رسول الله
Sementara versi Imam Malik, salam kepada Nabi Muhammad Saw. adalah sebagai berikut:
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أيها النَّبيُّ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
Kemudian, apabila mendapat titipan salam dari kerabat atau teman, kalimatnya adalah:
السلام عليك يا رسول الله من فلان ابن فلان
Artinya, “keselamatan atasmu wahai Rasulullah dari fulan bin fulan.”
Setelah mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Saw, sunah juga mengucapkan salam kepada dua sahabatnya, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq ra dan Umar bin Khattab,
السلام عليك يا أبا بكر السلام عليك يا عمر
Ketujuh, salat di masjid Quba`. Sunah untuk mengunjungi dan salat di masjid Quba`, terutama di hari sabtu. Sebab, di dalam hadis sahih yang diriwatkan oleh Imam At-Tirmidzi disampaikan, “Satu salat di masjid Quba` sama dengan umrah.” Selain itu, disunahkan juga untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada di Madinah seperti makam Baqi’ dan sebagainya.
Kedelapan, senantiasa menjaga salat wajib lima waktu di Masjid Nabawi (Haram). Alangkah baiknya dilakukan dengan berjamaah. Sudah masyhur bahwa salat di Masjid Nabawi pahalanya lebih baik dibandingkan salat seribu kali di masjid lain selain Masjidil Haram Mekkah. Jadi, sudah sepantasnya bagi jemaah haji yang sedang di Madinah agar senantiasa salat di Masjid Nabawi. Meskipun demikian, jemaah tidak perlu memaksakan diri. Melaksanakan salat Jamaah di hotel juga bisa dikategorikan dengan salat di Haram, karena masih tergolong wilayah Haram. (Baca penjelasannya di sini)
Kesembilan, sunah sedekah kepada orang-orang di sekitar Madinah. Dalam sebuah hadis yang diriwatkan dalam kitab Musnad Ahmad, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Haji yang mabrur (diterima) tidaklah mendapatkan balasan selain surga.” Lantas, para sahabat bertanya, “Wahai Nabi Allah, apa itu haji mabrur?” Nabi menjawab, “Memberi makan dan menyebarkan salam.”
Kesepuluh, Apabila mampu, sebaiknya juga melakukan puasa sunah. Sebab puasa adalah ibadah yang bisa menahan diri dari syahwat. Dengan berpuasa, jemaah haji dapat mengontrol dirinya agar tidak mengucapkan hal-hal yang tidak baik, dan menjauhi maksiat.
Demikianlah 10 kesunahan yang bisa dilakukan oleh jemaah haji di Madinah. Semoga dapat bermanfaat.
Wallahu A`lam bi Ash-Shawab.
(AN)