Video Jemaah Haji Dimensia Tak Layak Diviralkan: Lucu Memang, Tapi Bagaimana Kalau Terjadi Pada Orang Tuamu?

Video Jemaah Haji Dimensia Tak Layak Diviralkan: Lucu Memang, Tapi Bagaimana Kalau Terjadi Pada Orang Tuamu?

Video Jemaah Haji Dimensia Tak Layak Diviralkan: Lucu Memang, Tapi Bagaimana Kalau Terjadi Pada Orang Tuamu?
Jemaah haji Indonesia saat shalat di belakang Multazam selepas melaksanakan umrah. (Alvin_Islamidotco – MCH 2024)

Penyelenggaraan haji pada tahun ini kembali diwarnai dengan video-video viral terkait jemaah-jemaah yang mengalami dimensia. Setelah sebelumnya viral video kakek-kakek yang nyelonong pulang padahal hendak naik pesawat, kini kembali viral seorang laki-laki paruh baya yang ngeyel ingin pulang, padahal ia tengah berada di Madinag. Viralnya video-video seperti ini memang terkesan lucu. Jika diunggah ke media sosial, pasti akan memantik share maupun traffic.

Saya dan teman-teman MCH (Media Center Haji) di Daker Bandara saat bertugas tahun lalu (2024) punya kesepakatan tak tertulis: Tidak akan mempublikasikan berita seputar jemaah dimensia di wilayah kerja kami.

Sebagai daerah kerja yang jadi pintu masuk jemaah haji, kami di Bandara mungkin sudah puluhan kali bertemu jemaah-jemaah yang seperti ini. Mulai jemaah yang teriak-teriak, pengen pulang sendiri jalan kaki, sampai mengamuk hingga memukul atau menggigit petugas. Saya mengalami sendiri rasanya di(ter)pukul atau di(ter)gigit jemaah yang dimensia.

Karena kejadian2 seperti itu, saya dan teman-teman MCH Bandara bahkan sempat iseng mengubah lirik Mars PPIH yang sebelumnya “Melayani tamu Allah adalah tugas kita” menjadi “Dipukuli tamu Allah adalah tugas kita” atau “Dimarahi tamu Allah adalah tugas kita.”

Peristiwa seperti ini kalau diberitakan memang bisa bikin media kami kebanjiran traffic. Tapi kami harus bekerja melampaui (beyond) traffic. Makanya, bisa dibilang tidak ada berita atau video viral terkait jemaah dimensia di Bandara tahun lalu.

Apa alasannya?

Pertimbangan kami, berita jemaah yg dimensia itu akan membuat keluarganya di kampung menjadi khawatir. Ditambah ada kepercayaan sebagian masyarakat bahwa jemaah yang mengalami kejadian aneh (seperti dimensia ini) adalah ‘balasan’ atas yang dikerjakan sebelumnya saat di tanah air. Lagi-lagi keluarga jemaah yang terkena imbasnya.

Pernah suatu hari saat menangani jemaah dimensia, kami mendapati beberapa orang (mungkin sesama jemaah) merekam kejadian tersebut. Setelah berhasil menangani jemaah yang dimensia, saya dan beberapa teman MCH mendatangi jemaah yang merekam itu. Dengan komunikasi yang baik, kami minta agar video itu tidak diunggah, dan menyarankn agar dihapus saja. Beberapa alasan di atas kami sampaikan. Mereka pun memaklumi dan sepakat untuk menghapusnya.

Saya menulis ini sebagai pengingat kita semua (baik jemaah atau petugas haji) untuk tidak asal merekam dan mengunggah. Kita tentu tidak ingin, kita sendiri atau orang tua kita yang bertahun-tahun menabung untuk haji malah viral karena hal-hal seperti ini. Bikin khawatir keluarga atau malah diduga punya “dosa-dosa yang dibalas”.

Jika memang itu adalah kafarah atas dosa mereka, biarkan Allah yang tahu. Sebagaimana senyum mereka (jemaah dan keluarganya) yang mengembang saat berangkat, biarkan senyum itu kembali mengembang bahkan lebih lebar saat kembali ke tanah air.